Budidaya tanaman vanili dalam planter bag menjadi terobosan baru untuk mempermudah petani di Desa Jelok, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Inovasi tersebut dikembangkan oleh Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Kemenristekdikti dan Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP).
"Penanaman vanili dalam planter bag ini bisa menjadi solusi bagi permasalahan petani di Desa Jelok. Karena dengan menggunakan kantong plastik, vanili bisa ditanam di dekat rumah sehingga pemeliharaan dan pemanenan lebih mudah," jelas Ketua Tim PKM, Jeki MW Wibawanti, SPt, MEng, MSi di lokasi penanaman siang ini (23/8).
Vanili yang dikenal dengan istilah emas hijau, menjadi komoditi yang berharga mahal. Harga vanili basah bisa mencapai Rp550 ribu/kg. Mahalnya harga vanili, membuat orang tak bertanggung jawab mencurinya, sehingga merugikan petani.
Alhasil, banyak petani yang kemudian tidak mau lagi menanamnya. Belum lagi bencana longsor yang sering terjadi di desa ini.
Program kemitraan ini mengambil tema Brikoka (Briket Kotoran Kambing) Fermentasi Sebagai Isi Pipa Panjat Budidaya Vanili Dalam Planter Bag'.
"Teknik penanamannya adalah dengan menggunaka pipa yang telah diisi oleh fermentasi kotoran kambing etawa, brikoka, sehingga pohon vanili yang merambat dapat sekaligus sebagai media rambat bagi akarnya," terang Jeki lagi.
Pihaknya menggunakan kotoran kambing sebagai tema PKM ini karena melihat Kecamatan Kaligesing menjadi sentra kambing etawa.
Limbah kotoran kambing tersebut bisa dimanfaatkan untuk pupuk tanaman vanili.
Jeki berharap, adanya pipa panjat yang diisi brikoka mampu menjaga vanili tetap berbuah. Meskipun batang bawah terputus karena terserang penyakit busuk batang.
Program ini juga menginisiasi Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (Prukades) berupa brikoka dalam kemasan yang akan bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Jelok.
